PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG.
Di
masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sangat penting di pelajari sebagai bahan
pedoman untuk mengetahui ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa dewasa awal
seperti perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan adaptasi sosial. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi tersebut. Oleh
karena itu, pembahasan tentang tumbuh kembang sangat baik diangkat sebagai
bahan makalah sehingga kita tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan dewasa
awal sampai lansia.
B.
TUJUAN
1. Memenuhi
mata kuliah bidang setudy IKD 2
2. Menjelaskan
kepada mahasiswa bagaimana menjelaskan karakteristik dewasa awal
3. Konsep-konsep
terapeutik pada dewasa awal
4. Penerapan
terpeutik pada dewasa awal.
C.
METODE
Makalah
ini buat berdasarkan sumber-sumber perpustakaan
yang kami baca dan kami jadikan bahan pedoman dengan
menggunakan metode deskripsi.
Serta dengan menerapkan mmetode teraupetik pada dewasa awal.
D.
SISTEMATIKA
BAB
1: terdiri dari: pendahuluan, latar belakang, metode penulisan, dan
sistematika.
BAB II: terdiri dari:komunikasi teraupetik, pengertian
komunikasi teraupetik, Tujuan komunikasi terapeutik, Manfaat Komunikasi
Terapeutik, komunikasi pada klien dewasa, komunikasi pada masa
dewasa awal, Suasana
Komunikasi, Model Komunikasi dan
Implententasinya pada Klien Dewasa, Prinsip dasar
komunikasi terapeutik, Keberhasilan komunikasi, Faktor yang menghambat dalam
proses terapeutik, Teknik-teknik
Komunikasi Terauppetik,
BAB
III: terdiri dari : role play, gambaran kasus, strategi pelaksanaan komunikasi.
BAB
IV: terdiri dari: penutup, kesimpulan, saran dan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KOMUNIKASI
TERAUPETIK
A. pengertian komunikasi teraupetik
Terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As Hornby
dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik merupakankomunikasi
professional bagi perawat.
B. Tujuan
komunikasi terapeutik
Dengan memiliki
keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat
komunikasi terapeutik ( christina,
ddk. 2003)
adalah :
1)
Mendorong dan menganjurkan kerja sama
antarperawat dengan pasien melalui hubungan perawat dan klien.
2)
Mengidentifikasi, mengungkapkan
perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
2. KOMUNIKASI PADA KLIEN DEWASA
A.Komunikasi pada masa dewasa awal
Komunikasi pada dewasa awal mengalami
puncaknya pada kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal.
Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk orang dewasa.
melakukan komunikasi dengan orang lain, baik
pada setting professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di
lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada
masa dewasa telah mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun
nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai media transfer
informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa tidak hanya
melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik
serta menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau
situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang
kala di persepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks
lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…”
dari sepenggal kata tersebut ketika di ungkapkan dengan nada datar, akan
memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan
menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala menunduk.
Namun, bila ungkapan tersebut di ucapkan dengan menggunakan bahasa yang halus
dan mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi mata
bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah
bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta.
Kemampuan untuk menilai respon verbal
dan nonverbal yang disampaikan lingkungan member keuntungan karena pesan yang
kompleks dapat disampaikan secara sederhana. Namun, kadang kala kemampuan
kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan kerugian pada manusia karena
kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna persepsi
dan lingkungan yang lebih kompleks. Contoh : seseorang yang meludah didepan
atau didekat orang seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka
atau benci terhadap orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud
sebagaimana dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan
konflik antar individu atau kelompok.
B. Suasana Komunikasi
Agar
komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana
komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling
menghormati, percaya dan terbuka.
Untuk
dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi
(perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien
dewasa akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan
pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal
tersebut diabaikan akan menjadi kendala bagi keberlangsungan komunikasi.
Komunikasi dengan klien dewasa
perlu memperhati- kan rasa saling percaya akan kebenaran informasi yang
dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai.
Keterbukaan
untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga kesehatan dan klien dewasa
akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani
perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan tidak aman ketika
berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya. Status
kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini dapat terungkap dalam
bentuk sikap emosional dan agresif.
C. Model Komunikasi dan
Implententasinya pada Klien Dewasa
Untuk dapat
berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa dapat diterapkan beberapa
model konsep komunikasi sebagai berikut:
1.
Model Shanon & Weaver
Model
Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian pesan informasi
berdasarkan tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk
sandi. Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan sinyalyang sesuai dengan
saluran informasi yang digunakan. Gangguan yang timbul dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada konsep
komunikasi antarpribadi. Faktor yang menguntungkan dari implementasi model ini
ialah pesan yang disampaikan dapat diterima langsung oleh pihak penerima.
Meskipun demikian, pada model ini pun ter dapat kelemahan yang berupa hubungan
antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu klien dewasa
lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui
perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.
2.
Model Komunikasi Leary
Model
komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua pihak
yang berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien yang dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang
kesehatan berdasarkan keseimbangan informasi yang terjadi dalamkomunikasi
antara profesional dan klien. Dalam pesan komunikasi pada model ini ada dua
dimensi yang perlu diperhatikan dalam penerapannya, yakni dimensi: penentu vs
ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam
jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan yang ditentukan
dan harus dipatuhi di bawah dominasi
profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya terdapat keseimbangan kepercayaan
di antara pengirim danpenerima pesan.
Apabila
model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa hanya dapat dilakukan pada
kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup klien karena dalam kondisi darurat
klien harus mentaati pesan yang disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan.
Tetapi pada klien/pasien dalam kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat
untuk diterapkan karena klien dewasa mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan
pengetahuannya yang tidak mudah dipengaruhi oleh perawat.
Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan
dimensi suka (hue) dalam kadar tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan
profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan dalam membantu klien
pada pelayanan kesehatan secara langsung.
3. Model Interaksi
King
Model
interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien
dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan
profesionalisme perawat dalam memberikan bantuan kepada klien.
Model inimenekankan
arti penting interaksi berkesinambungan di antara perawat dan
klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien berdasarkan persepsi
mereka terhadap situasi.
Interaksi
merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara persepsi,
keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model ini nienunjuknya
arti penting hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi
berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien dewasa
karena model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang
bertujuan untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk
mengetahui hasil informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.
D. Prinsip dasar komunikasi terapeutik
a. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan
terapeutik yang saling menguntungkan.
b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devitoyaitu keterbukaan, empati, sifat
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia
d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan
yang khusus untuk memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
e. Perawat harus menghargai keunikan klien.
f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga
diri.
E.
Keberhasilan komunikasi
Komunukasi
yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu peristiwa komunikasi tersebut yaitu
komunikator, pesan dan komunikan. Untuk mencapai komunikasi terapeutik dalam
hubungan perawat dan klien, kredibilitas perawat sebagai komunikatorakan
menentukan keberhasilan hubungan yang terapeutik. Karakteristik keberhasilan
komunikasi yaitu :
1.
memiliki kesadaran yang tinggi
2. mampu
melaksanakan klarifikasi nilai
3. mampumengeksplorasikan
perasaan
4. mampu
untuk menjadi model peran
5.
motifasi altruistic
6. rasa
tanggung jawab dan etik.
Elemen pesan yang dapat menentukan
keberhasilan komunikasi, juga harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. pesan
yang harus direncanakan
2. pesan
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak
3. pesan
harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4. pesan
harus berisi hal-hal yang dapat dipahami
5. pesan
yang disampaikan tidak samar-samar
F. Faktor
yang menghambat dalam proses terapeutik
1.
kemampuan pemahaman yang berbeda
2.
pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu
3.
komunikasi satu arah
4.
kepentingan yang berbeda
5.
memberikan jaminan yang tidak mungkin
6.
memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
7.
membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
8.
menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan
9.
menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
10.
memberikan kritik mengenai perasaan penderita
11.
terlalu banyak bicara
12.
memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.
G. Teknik-teknik
Komunikasi Terauppetik
1. mendengarkan dengan penuh
perhatian
2. menunjukkanpenarimaan
3. menanyakan pertanyaan yang
berkaitan
4. pertanyaan terbuka
5. mengulang ucapan klien
6. mengklarifikasikan
7. memfokuskan
8. menyatakan hasil observasi
9. menawarkan informasi
10. diam atau memelihara ketenangan
11. meringkas
12. memberikan penghargaan
13. menawarkan diri
14. mengajukan untuk meneruskan
pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara
berurutan
16. memberikan nasehat
17. memberikan kesempatan
18. refleksi
19. assertive
20. humor
BAB III
ROLE PLAY
A. GAMBARAN KASUS
Resiko
kesehatan pada masa dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup, dan riwayat
keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang mempengaruhi respons terhadap
stresdapat menyebabkan resiko untuk mendapatkan penyakit. Merokok merupakan
factor resiko untuk penyakit paru-paru, jantung, dan pembuluh darah pada
perokok aktif dan pasif.
Yang
dapat mengakibatkan pada kerusakan atau kangker paru-paru, emfisemadan
bronchitis kronik.
Penyalahgunaan
obat, baik secara langsung atau tidak langsung, dapat menyebabkan moralitas
pada individu dewasa awal.Dapat mengakibatkan keracunan, trauma, bahkan himgga
kematian, atau masalah lalu lintas.
B.
STRATEGI
PELAKSANAAN KOMUNIKASI
1.
Pra
interaksi
Pra interaksi
merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien.
Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika saudara
telah siap, maka anda perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
1)
Evaluasi
diri
Coba
pertanyaan berikut:
Apa
pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa
yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana
respon selanjutnya jika klien diam, menolak,marah atau inkoheren?
Adakah
pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/tidak menyenangkan?
Jika
ada lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan
klien. Konsultasi dengan pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana
tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan, lakukan interaksi. Jika cemas
sedang, usahakan sampai anda dapat mengatasi kecemasan.
2)
Penetapan
tahapan hubungan/interaksi
Berikut
perlu di tetapkan tahapan hubungan anda berikutnya:
Apakah
pertemuan/kontak pertama?
Apakah
pertemuan lanjutan?
Apa
tujuan pertemuan? Mengkaji/observasi/pemantauan/tindakan keperawatan terminasi?
Apa
tindakan yang saya lakukan?
Bagaimana
cara melakukannya?
3)
Rencana
interaksi
Siapakan
secara tertulis rencana percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan
dengan berkomunikasi bersama klien.
Teknik
komunikasi apa yang anda akan terapkan,kaitkan dengan tujuan anda melakukan
hubungan dengan klien. Hal ini berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan
dilakukan.
Teknik
observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan klien.
2. Fase perkenalan atau Orientasi
1)
Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama
kita lakukan pertama kali bertemu dengan klien. Hal yang perlu dilakukan adalah
:
a) memberi salam
assalammua’laikum,
selamat pagi, selamat siang, selamat sore, malam atau sesuai dengan latar
belakang social budaya yang disertai dengan mengulurkankan tangan untuk
berjabat tangan.
b) memperkenalkan
diri perawat
Nama saya
suster Santi, saya senang dipanggil suster Santi!
c)
Mengenalkannama klien
Nama
Bapak atau Ibu, saudara atau saudari atau senang dipanggil apa?
d.
Menyepakati Pertemuan
Bunyi
kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk
bercakap-cakap (tempat bercakap-cakap dan lama percakapan).
Contoh komunikasi :
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Ayo kita bercakap-cakap!”
“Dimana kita duduk?” (sebutkan)
“Ayo kita duduk disana.” (sebutkan)
Jika di klinik/rumah sakit langsung katakan
“silahkan duduk!”.
Jika dikamar klien, saudara langsung duduk
disamping klien.
e. Menghadapi
kontrak
Pada
pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga
saat interaksi klien percaya pada saudara.
Contoh
komunikasi :
“Saya
perawat yang bekerja di ….., saya yang akan merawat Angel selama 3 hari”.
(contoh bila nama kesenangan nya Angel).
“Dimulai
saat ini sampai dengan ….., saya dating jam 07.00 dan pulang jam 14.00”.
Klien
menyepakati tujuan interaksi :
“Saya
akan membantu Angel untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi”.
“Kita
bersama-sama menyelesaikan masalah yang dihadapi Angel”.
f. Memulai
percakapan awal
Pada awalnya
focus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alas an masuk rumah
sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama.
Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses Keperawatan.
Contoh
komunikasi untuk mengkaji keluhan utama.
Untuk
melengkapi identitas saudara :
“Apa
yang terjadi dirumah sampai Angel dibawa kemari?”
“Apa
yang Angel rasakan sampai datang kemari?”
“Apa
yang Angel susahkan saat ini?”
“Apa
masalah yang Angel rasakan saat ini?”
Jika klien menjawab, lanjutkan eksplorasi
sesuai dengan format pengkajian terutama hal-hal terkait dengan keluhan utama.
Jika klien tidak menjawab :
“Saya tidak dapat membantu jika Angel tidak
mau menceritakan hal yang Angel hadapi.Tampaknya Angel belum mau cerita, kita
duduk saja bersama.”(10 menit).
g. Menyepakati
Masalah klien
setelah pengkajian, jika mungkin pada
akhir wawancara sepakati masalah atau kebutuhan klien.
Contoh komunikasi:
“Dari
percakapan kita tadi tampaknya Yanti….”(sesuai dengan kesimpulan masalah
/kebutuhan yang dimiliki klien). Gunakan bahasa yang yang dimengerti klien,
misalnya:
“
tampaknyaYanti tidak nafsu makan karena nyeri pada ulu hati” (untuk masalah
Gastritis).
“Tampaknya
Yanti kelihatan sesak napas” (untuk masalah Asma).
h. menghindari perkenalan
2). fese Orientasi
Fese Orientasi dilaksakan pada awal setiap
pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan
fase orientasi adalah memvalidasi kekurangan data,rencana yang telah dibuat
dengan keadaan klien saat ini. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah
dilakukan bersama klien.
a) Memberi Salam
sama
dengan fase perkenalan
b) Memvalidasi Keadaan Klien
“bagai
mana keadaan Yanti hari ini?”
“cobayanti
ceritakan prasaan hari ini!”
“adakah
hal yang terjadi,selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan!”
c) Mengingat Kontrak
setiap
berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak pada pertemuan sebelumnya.
“Yanti
masih ingatkah jam brapa kita bertemu?”
“sesuai
dengan janji kita yang lalu akan bertemu pada jam …(sesuai perjanjian).”
“Yanti
masih ingatkah apa topic pembicaraan kita.”
“sesuai
dengan perjanjian yang lalu saya akan memberikan suntikan lagi.”
“sesuai
dengan perjanjian kita tadi,sekarangyanti akan saya bantu latihan secara
efektif.”
3. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan
keperawatan klien yang terkait erat dengan pelaksaan rencana tindakan perwatan
yang akan yang dilaksanakan sesui dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan
tindakan keperawatan yaitu :
a) meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan
dirinya, prilaku,prasaan, dan pikirannya,
tujuan
ini sering disebut juga tujuan kognitif.
Contoh:
“apa
yang menyebabkan yanti cemas?”
“apa
tanda atau gejala yang yanti rasakan saat cemas?”
“kapan
saja yanti merasakan cemas?”
Apa
yang yanti rasakan saat merasa cemas?”
b) mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini
sering disebut juga tujuan afektif dan psikomotor.
Contoh:1
“Apa yangyanti lakukan saat cemas?”
“apa
yang yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?”
“apakah
dengan masalah itu masalah yanti bias selesai?”
“apa
kira-kira cara lain yang lebih baik?”
Bagaimana
kalau kita bicarakan beberapa cara baru?’
c) melaksanakan terrapin atau tekhnikal keperawatan.
Contoh:
“Bagaimana
rasa nyeri yanti?”
“saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa
nyeri.”
“Pertama: Yanti dapat mengalihkan pikiran pada
pengalaman yang menyenangkan, atau membaca, atau mendengar music, atau
bercakap-cakap.”
“Kedua:
Latihan napas dalam-dalam.” (beri contoh)
“Ketiga:
mengusap daerah tertentu.” (beri contoh)
“Mari
kita coba.”(Bantu klien melakukannya,beri pujian jika dapat melakukan)
“Bagaimana
perasaan ibu?”
“Nah,
ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil
perawat.”
d) melaksanakan pendidikan kesehatan
Contoh:
“Sesuai
dengan anji kita tadi pagi,saya akan memberi penjelasan tentang cara merawat
tali pusat banyi baru lahir.”
Jelaskan
tentang merawat tali pusat banyi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu [lembar
balik atau leaflet atau booklet]).
“Ada
pertanyaan Bu?Ada yang kurang jelas?”
“Ibu
dan keluarga boleh mencoba melakukannya di rumah, terimakasih.”
e) melaksanakankolaborasi
Contoh:
“Bu,sekarang
sudah pukul 12.00,saatnya ibu mendapat suntikan.”
“Ibu,miring
ke sebelah kiri.”
“edikit
sakit Bu (katakan ada saat akan menyuntik),tarik napas dalam Bu,ya,sudah.”
“Bagai
mana Bu?”
f)
melaksanakan observasi dan monitoring
“Bu,sesuai
keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya mengukur suhu, nadi, dan
pernapasan Ibu.”
“Sekarang
saya akan ukur suhu Ibu diketiak.”Kemudian perawat meletakan thermometer di
ketiak klien, dan katakan pada klien:
“dijepit
ya Bu!”
“Saya
ambil ya Bu, sekarag Ibu istirahat lagi, nanti dua jam lagi saya dating.”
4. faseterminasi
a) terminasi sementara
yaitu
merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dank lien. Terminasi terbagi
menjadi dua, yaitu:
1) evaluasi
hasil
“coba
yang disebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
“apa
saja yang telah Yantim dapat dari percakapan tadi?”
2) Tindak Lanjut
“bagaimanakaluaYantilakuakn
nanti diryangan?”
“yang
mana Yang ingin Yanti coba?”
3) Kontrak yang akan datang
Waktu :
“Kapan kita ketemu lagi?”
“bagai mana kalau nanti jam….kita bertemu
lagi?”
“kita akan bertemu lagi besok pagi.”
Topic :
“apa saja
yang akan kita bicarakan hari ini,nanti atau besok.”
b) Terminasi akhir
Terminasi
akhir terjadi jika klien akan pulang darirumah sakit atau saudara selesai
praktek dirumah sakit.
1) Evaluasi
hasil
“coba
sebutkan kemampuan yang didapat setelah dirawat disini?”
“apa saja
yang telah diketahui selama dirawat disini?”
2) Tindak
lanjut
“Apa rencana
kegiatan yantidirumah?”
“Apa gejala
dan tanda yang perlu diperhatikan dirumah?”
3) Kontrak
yang akan datang
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep
komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali
dalam penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami
berbagai masalah dalam kehidupannya,
Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari
itu merawat diri sendiri lebih baik dibandingkan menyusahkan orang lain.
Peran
perawat juga sangat penting dalam komunikasi
karena perawat sebagai pemberi asuhan jadi yang banyak berperan dalam komunikasi
terpeutik terdapat pada bagianperawat juga.
B. SARAN
1. Mahasiswa
mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik keperawatan
2. mahasiswa
dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik
3. pemahaman
mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.
DAFTAR PUSTAKA
Damalyanti, S.kep, Ns., Mukhrifah.2008. Komunikasi Terapeutik
dalam Keperawatan. PT Reflika Aditama : Bandung
Mahmud mahfudz, peran komunikasi terapeutik,edisi pertama2009, Ganbika, Yogyakarta
Ns. NunungNurhasanah, S. kep, ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan,
cetakan pertama 2010, Cv. Trans info media, Jakarta Timur
Poatricia A. Poter, anne G. Perry, fundamental of nursing, edisi 7 buku 1,
salemba medika, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar