Jumat, 25 November 2011


Bab 1
PSIKOLOGI INTELEGENSI
Para ahli psikologis yang mula-mula membahas masalah tersebut, yaitu sifat hakekat inteligensi, memakai metode  filsifat, yaitu mereka menyusun definisi mengenai inteligensi itu atas dasar pemukiran spekualatif-logis.

Dalam hakekatnya inteligensi itu bberjalin rapat dengan masalah-masalah lain, seperti misalnya :
a)      Bagaimanakah jalan perkembangan inteligensi itu pada anak-anak yang normal, dan pada anak-anak kurang normal ?
b)      Sejauh manakah perkembangan inteligensi itu dipengaruhi oleh fakrtor-faktor dasar, dan sejauh mana dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan ?
c)      Bagaimana kita dapat membedakan inteligensi dan prestasi belajar sebagai hasil didikan ?

“ Apakah inteligensi itu ?” yang tersebut dimuka. Konsepsi-konsepsi tersebut pada dasarnya digolong-golongkan menjadi lima kelompok, yaitu :
1)      Konsepsi-konsepsi yang bersifat spekulatif,
2)      Konsepsi-konsepsi yang bersifat pragmatis,
3)      Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor, yang kiranya dapat kita sebut konsepsi-konsepsi faktor.
4)      Konsepsi-konsepsi yang bersifat operasional, dan
5)      Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita sebut konsepsi-kosepsi fungsional.

A.     Pengertian
Intelegensi di dalam bahasa psikologi diartikan sebagai kecerdasan atau kecakapan.Intelegensi merupakan kecakapan umum sedangkan kecakapan khusus disebut bakat.Intelegensi dapat di ukur dan ukuran kapasitas nya disebut IQ (Intelegensi Quatent).Biasanya berbentuk angka-angka dan menggambarkan penjabaran.Secara relative hasil pelaksaan satu tes. IQ membandingkan prestasi seseorang dengan orang lain yang umurnya sama.



1.      Kosepsi-konsepsi mengenai inteligensi yang bersifat spekuatif-fisafati
a.       Inteligensi Umum
1)      Ebbinghaus (1897) member definisi inteligensi sebagai kemapuan untuk membuat kombinasi.
2)      Terman (1921) member definisi inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak.
3)      Thorndike member definisi inteligensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan taraf nilai ketidak-lengkapan dari pada kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup individu.
b.      Inteligensi Sebagai Kesatuan Dari Pada Daya-Daya Jiwa Formal
Inteligensi adalah persatuan (kumpulan yang dipersatukan) dari pada daya-daya jiwa yang khusus.
c.       Inteligensi Sebagai Taraf Umum Dari Pada Daya-Daya Jiwa Khusus

2.      Konsepsi-konsepsi yang bersifat pragmatis
Bahwa inteligensi itu dapat diukur sesuai dengan definisinya.

3.      Konsepsi-konsepsi faktor
a)      Teori Spearman
Dengan tehnik analisis faktor   Spearman mengemukan bahwha tiap tingkah laku manusia itu dimungkinkan (disebabkan) oleh dua factor, yaitu :
1)      Factor umum, general  factor, dan
2)      Factor-faktor khusus tertentu (special factor)


Factor umum atau general factor itu, yang dilambangkan dengan huruf g merupakan hal atau factor yang mendasari segala tingkah laku orang.Sedangkan factor factor khusus atau special factor, yang dilambangkan dengan huruf s, hanya berfungsi pada tingkah laku khusus saja.
b)      Teori Thomson
Menurut dia apa yang disebut factor g oleh Spearman itu tidak ada. Spearman telah menunjukkan adanya factor g itu , tetapi menurut Thomson pembuktian Spearman itu dapat ditunjukkan bahwa btidak betul. Jadi apa yang disebutkan Spearman factor g itu tidak ada, yang ada hanyalah bermacam-macam factor khusus, factor-faktor s.

c)      Teori Cyrill Burt
Pendirian Burt sangat dekat dengan pendirian Spearman. Dia sependapat dengan Spearman bahwa pada manusia terdapat factor g, yang mendasari semua tingkah lakunya ; dan seperti Spearman dia berpendapat, bahwa factor g ini tergantung kepada dasar, dibawa sejak lahir.selanjutnya dia juga berpendapat, bahwa tiap-tiap orang memiliki banyak factor s.
d)      Teori Thurstone
Thurstone adalah tokoh Chicago. Dia berpendapat dengan Burt, bahwa ada factor c, yang berfungsi pada sejumlah tingkah laku ; juga sependapat dengan Burt mengenai adanya factor s yang jumlahnya banyak sekali, sebanyak tingkah laku khusus yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan.
            Bahasa IQ ikenalkan oleh BINET tahun 1857-1911, skala BINET  yang rumusnya :
IQ=MA/CA
Ket:
MA : usia mental
CA : usia kronologi
Dan direvisi Lewis Termant tahun 1877-1956

IQ orang bisa berubah disaat tertentu namun naik angkanya relative kecil an cenderung stabil. IQ di pengaruhi oleh factor-faktor herediter, lingkungan, kematangan, waktu/maturation (H.E.M/T)
Intelegensi atau kecerdasan dapat diartikan sebagai menghubungkan / menyatukan satu sama lain, dapat merespon dengan baik adanya stimulus.
THERMAN (1958) mengartikan Intelegensi sebagai ability/berhubungan dengan hal-hal yang abstrak/konkret/kecakapan.



Menurut Therman Intelegensi ialah :
1.      General ability / kecakapan umum (factor G)
2.      Special ability / kecakapan khusus (factor S)
THURSTON INTELEGENCY merupakan factor G, yaitu :
1.      Spatial Relation / S
2.      Perceptual Spee / P
3.      Verbal comphrehensial / V
4.      Wor Fluency / W
5.      Number Facility / N
6.      Association Memory / M
7.      Induction / I
Menurut Therstone factor-faktor  itu berkombinasi satu sama lainnya hingga menghasilkan tindakan/perbuatan yang intelegen
Sperman menyatakan intelegensy itentukan oleh G dan S factor
Intelegensy seseorang juga sangat dipengaruhi oleh cara berpikir, ingatan/nuraninya dan juga di pengaruhi oleh pengalaman, sikap dan kepribadiannya.
B.     Factor Intelegensi
1.      Hereditas (pembawaan), merupakan factor utama dan terpenting dalam menentukan intelegensi.
2.      Kematangan,menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang dipengaruhi factor internal
3.      Pembentuka, yaitu perkembangan indiviu yang di pengaruhi factor lingkungan.
C.     Karakteristik Intelegensi
Karakteristik umum intelegensi :
a.       Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman
b.      Kemampuan untuk berfikir/menalar/abstrak
c.       Kemampuan beradaptasi terhaap hal-hal yang timbul dari perubahan dan ketidakpastian lingkungan
d.      Kemampuan umtuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang perlu diselesaikan
William stren salah seorang pelopor dalam penelitian intelegensi mendefinisikan intelegensisebagai :kemampuan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dari pikiran, guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.
Intelegensi ini ditentukan oleh pembawaan turun-temurun (kebakaan); dan tidak banyak bergantung pada factor milieu, khususnya sekolah dan pengajaran.
Selz telah menyebutkan bahwa prestasi intelegensi itu bias di didik/dilatih (Erziehbarkeit von Intelegenzeleistungen).  Pembagian kasar berdasarkan umur intelegensi, adalah sebagai berikut ;
1.      Pandai sekali/berkata
2.      Moral
3.      Debil dengan IQ di bawah 75
4.      Imbesil dengan IQ I bawah 67
5.      Idiot
Moede dan Piorkowski, dua orang sarjana jerman, membuat serangkaian tes untuk mengukur bakat (test bakat), yang meneliti: pembentukan pengertian, daya kritis, kemampuan-kemampuan kombinasi, pengamatan, tanggapan dll. Khususnya tes tersebut ipakai untuk memilih anak-anak berbakat. Di samping itu, mereka juga mengembangkan pelbagai tes lainnya yaitu :
1.      Tes telegram : tes membuat kalimat-kalimat sependek mungkin
2.      Tes Definisi : membuat definisi yang paling tepat
3.      Tes Absuritasi : mencari hal-hal yang tiak mungkin terjai
4.      Tes ecoupage : memasang bagian-bagian yang telah di potong-potong
5.      Tes Masselon : tes tiga kata, sebanyak mungkin menulis kalimat-kalimat dalam mana terdapat tiga kata tersebut dalam kaitan yang wajar.
Perbedaan yang besar sekali antara intelegensi kreatif atau inventif dengan intelegensi eksekutif. Engan intelegensi kreatif orang mampu mencipta, merancang alat-alat bantu baru, dan mendapatkan penemuan-penemuan baru. Intelegensi ini memiliki pribai-pribadi istimewa dan orang-orang genius.sedangkan intelegensi eksekutif itu merupakan kekayaan fisik yang dimiliki oleh jutaan manusia yang mengoper dan dapat menggunakan alat-alat bantu yang ditemukan oleh pribadi-pribai genius. Intelegensi praktis berkaitan dengan berbuat praktis dan cepat, terutama di bidang teknik dan pekerjaan.Sedang intelegensi teoritis berkaitan erat sekali dengan berpikir logis dan cepat, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan sekolah atau study.
Adapun kelemahan-kelemahan test inteligensi itu adalah sebagai berikut :
1)      Test inteligensi itu terganung kepada kebudayaan. Test yang disusun lingkungan kebuyaan tertentu tidak dapat dipergunakan untuk mentets orang-orang yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berlainan.
2)      Teta inteligensi itu hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu.
Tingkah laku tingkah laku orang itu bermacam-macam coraknya. Max Weber, seorang ahli sosiologi yang kenamaan, menggolong-golongkan tingkah laku yang bermacam-macam itu menjadi empat macam golongan, yaitu :
a)      Affektif Handlung, tingkah laku afektif.
b)      Tradisional Handlung, tingkah laku tradisional,
c)      Wertrational Handlung, tingkah laku rasional berdasarkan nilai-nilai.
d)      Zweckrational Handlung, tingkah laku rasional atas dasar tujuan.
Test inteligensi itu sendiri masih mengandung kekeliruan-kekeliruan (qalaf)
Di dalam penyesunan test inteligensi, tidak dapat diragukan lagi, bahwa ahli yang menyusun test itu telah berusaha sebaik mungkin supaya segala syarat-syarat untuk terciptanya test yang baik itu terpenuhi.  Walupun demikian kekeliruan tokoh masih dapat terjadi, misalnya dalam panentuan daya pembeda, realibitas, dan validitas test itu.
D.     Gangguan Intelegensi
Gangguan Intelegensi ialah retardasi mental.Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal). Sejak masa perkembangan (sejaak lahir atau sejak masa kanak-kanak) (maramis,1999) atau keadaan kekurangan intelegensi sehingga daya guna social dan dalam pekerjaan seseorang menjai tergantung.
            Penyebab retardasi :
a.       Retardasi mental primer, kemungkinan factor keturunan dan kemungkinan tidak diketahui.
b.      Retardasi mental sekuner, factor luar yang diketahui dan memengaruhi otak (prenatal, perinatal dan postnatal)
Factor penyebab  ganguan inteligensi
a.       Kerusakan otak-prenatal, perinatal, atau postnatal  berupa keturunan, keracunan, rudapaksa, keradangan, neoplasma, ganguan pembuluh darah.
b.      Psikosis-fungsional atau sindrom atak organik.
c.       Sosi  budaya-memberikan makanan kurang protein pada umur <5 tahun.
Bab II
TUJUAN BELAJAR
1.      Tujuan kognitif
a.       Mengenal retardasi mental
*   Menguraikan definisi retardasi mental
*   Memperinci penyebab retardasi mental
*   Memperinci tingkat-tingkat retardasi mental
b.      Memahami pencegahan dan penanganan retardasi mental
*   Menjelaskan cara-cara pencegahan
*   Menjelaskan secara umum cara penanganan retardasi mental
2.      Tujuan afektif
a.       Menunjukkan rasa wajib membantu usaha dalm bidang retardasi mental
*   Mengajak para teman membantu usaha dalam bidang retardasi mental
*   Bekerja sama dengan badan-badan yang bergerak dalam retardasi mental
*   Mempelajari lebih lanjut masalah retardasi mental
*   Menjelaskan segi pengobatan retardasi mental kepada keluarga penderita

Retardasi mental
1.      Pengertian dan penyebab retardasi mental
           Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang(subnormal) sejak masa perkembangan, sejak lahir atau masa kanak-kanak. Retardasi mental disebut juga oligofrenia(oligo = kurang atau sedikit dan fren= jiwa) atau tuna mental
           Penyebab retardasi mental, biasanya dipengaruhi oleh factor krturunan (retardasi mental genetic) bias juga tidak di ketahui (retardasi mental simplix) kedua retardasi mental tersebut disebut retardasi primer. Sedangkan yang sekunder berasal dari factor-faktor luar yang mempengaruhi otak pada waktu prenatal atau postnatal.
           Keadaan-keadaan yang sering disertai retardasi mental sebagai berikut:

A.    Akibat infeksi atau intoxikasi
Dalam kelompok ini termasuk keadaan reterdasi mental karna kerusakan jaringan otak akibat infeksi intracranial, karena serum, obat toxik lainnya.

Beberapa contoh adalah :
·         Parotitis epidemika, rubella, sifilis dan toxoplasmosis congenital
·         Ensefalopatia karena infeksi postnatal
·         Ensefalopa karena toxemia gravidarum atau karena intoxikasi lain
·         Ensefalopatia bilirubin (“kernicrerus”)
·         Ensefalopatia post-imunisasi

B.     Akibat rudapaksa atau sebab fisik lain
Rudapaksa: rudapaksa serta juga trauma lain, seperti sinar , bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental.
Pada wakty lahir atau perinatal, kepala dapat mengalami tekanan sehingga timbul perdarahan dalam otak.Mungkin juga terjadi kekurangan O2 (asfixia neonatum) yang terjadi pada 1/5 dari semua kelahiran.Hal ini dapat terjadi karena aspirasi lendir, aspirasi liquor amnii, anesthesia ibu dan prematuritas. Bila kekurangan zat asam berlangsung terlalu lama maka akan terjadi degenerasi sel-sel kortek yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
C.   Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganguanmetabolism (ganguan metabolisme zat lipida, karnohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini. Ganguan gizi yang berta dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun dapat mempengaruhi dan mengakibatkan retardasi mental keadaan ini dapt diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun.

Beberapa contoh keadaan yang sering mengakibatkan retradasi mental dalam subkategori ini iyalah :
·         Lipidosis otak inpantil (penyakit Tay-Sach)
·         Histiossitosis lipidum jenis keratin (penyakit Gaucher)
·         Histiosis lipidum jenis pospatid (penyakit Niemann-Pick)
·         Fenilketoria: Diturun melalui suatu gen yang resesif





D.     Akibat penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk tumbuhan sekunder) karena rudapaksa atau keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter atau familial). Reaksi sel-sel otak (reaksi structural) ini dapat bersifat degenerative, infiltrative, radang, proliferative, sklerotik atau reparative, misalnya :
·         Neofibromatosis (penyakit von Recklinghausen)
·         Angiomantosis otak trigemini (penyakit sturge-weber-dimitri)
·         Sklerosis tuberosis (Epioia, penyakit Bournville)
·         Sklerosis spinal (ataxia Friedreich)

E.     Akibat penyakit / pengaruh prenatal yang tidak jelas
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tidak diketahui sebabnya.

F.      Akibat kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlahnya atau dalam bentuknya. Kelainan dalam jumlah kromosom : Sindrom Down atau Langton Down atau mongolisme (trisomi otomosal atau trisomi kromosom 21). Kelainan dalam bentuk kromosom: “Cri du chat”: tidak terdapat cabang pendek pada kromosom 5.cabang pendek pada kromosom 18 tidak terdapat.

G.    Akibat prematuritas
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam subkategori sebelum ini.

H.    Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental mungkin juga suatu gangguan jiwa yang berat dalam masa anak-anak untuk membuat diagnosis ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.



I.       Akibat deprivasi psikososial
Retardasi mental dapat disebabkan oleh factor-faktor biomedis ataupun sosiobudaya (yang berhubungan dengan deprivasi psikososial dan penyesuaian diri).
Retardasi mental cultural-familial yaitu deprivasi cultural dapat mengakibatkan retardasi mental ringan dan bahwa deprivasi cultural mungkin merupakan akibat dari retardasi familial.Retardasi mental jenis ini biasanya ringan.
Retardasi mental akibat deprivasi lingkungan, penelitian tentang deprivasi sensorik dalam bidang ilmu kedokteran jiwa, deprivasi sensorik membuktikan pentingnya rangsangan sensorik yang memadai bagi perkembangan intelektual anak kecil.Tingkat retardasi biasanya ringan atau perbatasan.


2.      TINGKAT-TINGKAT RETARDASI MENTAL
Hasil dari intelegensi bukanlah merupakan satu-satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental.

Tingkat-tingkat retardasi mental
·         Retardasi mental taraf perbatasan
·         Retardasi mental ringan
·         Retardasi mental sedang
·         Retardasi mental berat
·         Retardasi mental sangat berat

3.      PENANGANAN MASALAH RETARDASI MENTAL
Banyak penderita retardasi mental yang dapat mengalami perkembangan kepribadian yang normal seperti orang dengan intelegensi normal.Sebagian besar jumlah penderita retardasi mental dapat mengembangkan penyesuaian social dan vokasional yang baik serta kemampuan hubungan dan kasih saying antar manusia.

A.     Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
Seorang dengan retardasi mental karena keadaannya, sepanjang hidupnya menghadapi lebih banyak resiko dari pada orang normal.
Karena keterbelakangan intelegensi tertdapat juga perkembangan hidup emosi yang dapat mempengaruhi hubungan antar manusia.
Bila orang tua tidak mengetahui bahwa anak mereka menderita retardasi mental karena ketidaktahuan atau karena mekanisme pembelaan penyangkalan, maka harapan atau tuntutan mengenai prilaku normal akna menyebabkan frustasi.Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat mempengaruhi reaksi orang tua terhadap adanya anak.Masyarakat dengan teknologi tinggi yang mengutamakan pendidikan dan kemampuan intelektual, tidak perlu toleran terhadap penderita retardasi mental di bandingkan dengan masyarakat dengan teknologi yang lebih rendah.

B.     Diagnosis dan diagnosis banding
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan tepat dan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak.Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik di samping retardasi mental.
Diagnosis banding ialah anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat.Gangguan bicara dan “cerebral palsy” membuat anak kelihatan terbelakang biarpun intelegensinya normal.Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar hingga anak itu dikira bodoh.

C.     Pencegahan dan pengobatan
pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan sosio ekonomi, konseling genetic dan tindakan kedokteran, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan di atas 40 tahun dikurangi dan pencegahan keradangan otak pada anak-anak.
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan dini keradangan otak,perdarahan subdural, kraniostenosis.
Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah luar biasa (SLB).Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif, atau destruktif.Amphetamine dan kadang-kadang juga antihistamin berguna juga pada hiperkinesa.Obat-obatan yang memperbaiki mikrosirkulasi di otak yang membuat masuknya zat asam dan makanan dari darah ke sel-sel otak lebih mudah atau yang langsung memperbaiki metabolisme sel otak.
Konseling pada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antra lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena mempunyai anak engan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak itu diberi obat, dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membantu pertukaran zat metabolism sel-sel otak, akan tetapi biarpun anak itu menelan obat semacam itu dan lama sekali tidak berpengaruh terhadap badan.
D.     KREATIVITAS
Pengertian Kreativitas
            Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan.Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi.Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
            Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
E.      Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”
(Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi.Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :
“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
Pengertian Kreativitas
            Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan.Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi.Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”
(Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi.Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.

DAFTAR PUSTAKA
Widayatun Tri Rusmi (1996),Psikologi Perilaku Manusia,Jakarta,Candra Pratama
Kartono Kartini (1996), Psikologi Umum,Bandung,Cv Mandar Maju
Suryabrata Sumadi (1984), Psikologi Pendidikan, Jakarta Radar Jaya Offset
Catatan Ilmu kedokteran jiwa ,willy. F. maramis, edisi 2 , Surabaya: airlangga University Press, 2009Posted by Eko Susanto on March 16, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar